Hemofilia : penyakit genetik yang diwariskan kepada keturunanan laki-laki
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hereditas atau pola pewarisan sifat dari orang tua kepada anaknya menjadi
hal yang menarik dalam kajian ilmu genetika. Keturunan akan mendapat gabungan
gen yang berasal dari separuh kromosom ayanh dan ibu. Sifat-sifat tersebut
terpaut kromosom seks. Kelainan genetik dalam bentuk penyakit juga dapat
diturunkan. Hemofilia misalnya, kelainan ini diturunkan dari ibu yang karier
atau membawa gen resesif yang sebagian banyak diturunkan kepada keturunan
laki-laki.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah, penulis akan
mengajukan rumusan masalah sebagai berikut.
1.2.1
Apa itu Hemofilia ?
1.2.2
Bagaimana penelitian tentang Hemofilia ?
1.2.3
Bagaimana gambaran klinis penderita Hemofilia ?
1.2.4
Apa saja jenis Hemofilia ?
1.2.5
Bagaimana penanganan Hemofilia ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah,
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1
Menerangkan pengertian Hemofilia
1.3.2
Menjelaskan penelitian tentang Hemofilia
1.3.3
Menjelaskan gambaran klinis penderita Hemofilia
1.3.4
Menjelaskan jenis-jenis Hemofilia
1.3.5
Menjelaskan penanganan Hemofilia
BAB II
HEMOFILIA PENYAKIT GENETIK YANG DIWARISKAN KEPADA KETURUNAN
LAKI-LAKI
2.1 Pengertian Hemofilia
Hemofilia menurut
Underwood (1999) adalah " … kelainan X-linked
recessive yang diturunkan, yang berperan pada proses pembekuan darah".
Penderita Hemofilia memiliki kelainan berupa sukarnya darah untuk membeku
sehingga adanya trauma kecil ( luka ) pada tubuh dapat mengakibatkan pendarahan
yang hebat. Akibatnya penderita akan kehilangan banyak darah, bahkan apabila
tidak mendapatkan pertolongan yang segera dan intensif akibatnya akan fatal.
Penyebab hemofilia menurut
Muscari (2005) “… terjadi akibat gangguan
resesif terkait gen-X yang diturunkan oleh perempuan dan ditemukan secara
dominan pada laki-laki". Hemofilia berdasarkan Underwood (1999) sebagai
berikut :
jarang ditemukan pada perempuan
karena mereka mempunyai dua X kromosom yang berasal dari ibunya. Pria selalu
mempunyai satu X kromosom berasal dari ibu. Bila ibunya merupakan pembawa
Hemofilia ( carrier ), setengah
jumlah anak laki-lakinya akan menderita Hemofilia.
Dapat disimpulkan bahwa Hemofilia
merupakan kelainan turunan yang terpaut kromosom X.
Hemofilia
juga dapat terjadi akibat adanya mutasi pada kromosom. Seperti yang dikemukakan
oleh Handayani (2008) “Ada 25% kasus terjadi akibat mutasi baru pada kromosom X". Banyaknya
zat-zat yang dapat menimbulkan radiasi yang terutama dari sinar matahari,
obat-obatan, makanan atau minuman, serta faktor lainnya yang dapat menyebabkan
mutasi gen. Mutasi gen menyebabkan perubahan susunan DNA . perubahan meliputi
pengurangan, penambahan ataupun perubahan urutan pada pita DNA yang dapat
menyebabkan kelainan fungsi tubuh bawaan.
2.2 Penelitian tentang Hemofilia
Aryulina
(2004) memaparkan bahwa,
Hemofilia mempunyai sejarah yang
menarik. Orang-orang Yahudi kuno telah memiliki sedikit pemahaman mengenai pola hereditas hemofilia. Anak laki-laki
yang dilahirkan oleh para perempuan yang
memiliki sejarah hemofilia dari keluarganya dibebaskan dari kewajiban untuk
disunat.
Hal itu bertujuan agar tidak terjadi
perdarahan hebat akibat proses sunat yang dikhawatirkan akan membahayakan nyawa orang itu mengingat saat itu belum ada
penelitian lebih mendalam mengenai hemofilia.
Sebagian
besar orang menyebut hemophilia sebagai penyakit darah biru atau penyakit
kerajaan. Sebutan ini oleh Brookes (2005) dikarenakan “… banyak dari keturunan
laki-laki Ratu Victoria menderita penyakit tersebut-meskipun tentunya penyakit
tersebut tidak hanya diderita pihak keluarga kerajaan”. Untuk mengetahui
tentang hemofilia lebih mendalam para ahli mengadakan penelitian dengan
mempelajari pola dari penyakit ini. Para ahli meneliti pola pewarisan dari
penyakit ini dengan mengikuti alur pada data silsilah atau pohon keluarga
kerajaan Inggris. Brookes (2005) menyatakan “ Pihak kerajaan menyediakan data
sejarah keluarga yang terperinci, maka para ahli genetika dapat melacak kembali
pola-pola pewarisan dari banyak jenis karakteristik dan penyakit manusia”.
Aryulina
(2004) menyatakan sebagai berikut :
Penderita hemofila yang pertama
dari keturunan bangsawan tampaknya adalah Leopold, anak laki-laki Ratu Victoria
(1819-1901) dari Inggris. Alel resesif untuk hemofilia tersebut kemungkinan
pertama kali muncul pada keluarga kerajaan melalui terjadinya mutasi pada salah
satu kromosom seks milik ayah atau ibu Ratu Victoria. Hal ini menjadikan Ratu
Victoria seorang karier. Leopold bertahan hidup sampai menjadi ayah dari
seorang karier, yang mewariskan kelainan hemofilia pada salah satu anak
laki-lakinya. Hemofilia pada akhirnya terbawa ke keluarga kerajaan Prusia,
Rusia, dan Spanyol melalui perkawinan dua anak Ratu Victoria.
Avise (2007) menambahkan
bahwa,
Anak perempuan Ratu Victoria,
Beatrice, memasukkan alel itu ke keluarga kerajaan Spanyol lewat pernikahan,
begitu pula anak perempuan lainnya ke keluarga kerajaan Rusia. Pada akhirnya
hemofilia menjadi penyakit yang menurun di antara anggota keluarga kerajaan.
Viscount Trematon dan dua pangeran, Alfonso dan Gonzalo, semuanya meninggal
akibat hemofilia setelah kecelakaan mobil.
Gambar 2.2 silsilah keluarga
Ratu Victoria (Brokes,2005)
Brookes
(2005) menjelaskan,
Victoria menunjukkan kejadian Hemofilia dan pola
pewarisannya di beberapa keturunannya. Perempuan dilambangkan dengan lingkaran
dan laki-laki dengan bujur sangkar. Individu yang menderita hemophilia
dilambangkan dengan bujur sangkar yang diarsir penuh; pembawa sifat
dilambangkan dengan lingkaran yang diarsir separuh. Tiap baris yang terpisah
terdiri atas semua anggota keluarga dari satu generasi yang sama. Garis
horizontal menghubungkan orangtua; garis vertical menunjukkan hubungan
keturunan. Terlihat jelas dari silsilah keluarga di atas bahwa penyakit
tersebut terpaut kromosom X, karena semua individu penderita adalah laki-laki.
Sebagaimana
dikatakan oleh Brookes (2005) bahwa,
Ratu Victoria tidak menderita
penyakit tersebut karena ia hanya membawa satu salinan gen penyebab Hemofilia,
dan pengaruh gen tersebut ditutupi oleh gen dominan normal yang ada di kromosom
X-nya yang satu lagi. Penderita Hemofilia yang terkenal adalah salah satu cicit
Ratu Victoria, Tsarevitch Alexie dari Rusia.
Perkawinan
individu hemofilia
P1 :
Fenotif : perempuan
nornal karier hemofilia >< laki-laki normal
Genotip : XHXh XHY
Gamet : XH XH
Xh Y
F1 :
Laki-laki
Perempuan
|
XH
|
Y
|
XH
|
XH XH
|
XHY
|
Xh
|
XHXh
|
XhY
|
25% perempuan normal (XH XH)
25% perempuan karier hemofilia (XHXh)
25% laki-laki normal (XHY)
25% laki-laki hemofilia (XhY)
(Aryulina,2004).
Aryulina
(2004) menjelaskan seperti berikut :
Diagram persilangan di atas
menunjukkan bagaimana hemofilia diturunkan dari orang tua yang normal namun ibu
membawa gen resesif karier pencetus hemofilia.Perempuan yang homozigot resesif
untuk gen ini merupakan penderita (XhXh) sedangkan
perempuan yang heterozigot (XHXh) pembekuan darahnya
normal. Seorang laki-laki penderita hanya memiliki satu gen resesif (XhY)
saja karena dia hanya memiliki satu kromosom X. Inilah sebabnya mengapa
penderita penyakit yang diakibatkan oleh gen tertaut seks lebih banyak diderita
oleh laki-laki.
Seperti
yang dikemukakan oleh Fried (2005) bahwa,
Pada manusia telah ditemukan
berbagai kelainan kariotipik yang melibatkan pertautan seks. Hemofilia
disebabkan oleh sebuah alel resesif untuk suatu gen yang terdapat di kromosom
X. Wanita-wanita dengan satu tipe liar pembawa atau carrier kelainan tersebut. Separuh anak laki-laki mereka akan
menderita kelainan tersebut, sementara separuhnya lagi normal.
2.3 Gambaran klinis penderita
hemofilia
Seorang
penderita hemofilia menurut
Handayani (2008),
… tampak seperti orang normal karena penyakit ini tidak
akan tampak dari luar. Namun seorang penderita akan menunjukkan gejalannya pada
saat tertentu. Gambaran klinis yang sering terlihat pada klien dengan hemofilia
adalah adanya perdarahan berlebihan secara spontan setelah luka ringan,
pembengkakan, nyeri, dan kelainan-kelainan degenerative pada sendi, serta keterbatasan
gerak. Hematuria spontan dan perdarahan gastrointestinal jega kecacatan terjadi
akibat kerusakan sendi.
“Hemofilia dicurigai pada bayi
baru lahir dengan perdarahan berlebihan dari tali pusar atau setelah sirkumsisi” menurut penjelasan Muscari (2005). Selanjutnya
Heyes (1997) memaparkan sebagai berikut,
Luka memar yang berlebihan dan
hemartrosis sejak saat bayi dapat merangkak. Nyeri, bengkak, panas, dan bahkan
deformitas terjadi pada sendi yang terkena. Perdarahan intrabdominal
retroperitroneal dan intracranial dapat terjadi. Hepatitis B, dan C dan infeksi
HIV dapat memberikan komplikasi penyakit ini mengikuti tranfusi produk darah.
Muscari
(2005) menambahkan “ Manifestasi umum antara lain kulit mudah memar, perdarahan memanjang
akibat luka, hematuria spontan, epiktasis, hemartrosis ( perdarahan pada
persendian menyebabkan nyeri, pembengkakan dan keterbatasan gerak )”.
2.4 Jenis-jenis hemofilia
Terdapat
tiga bentuk hemofilia, yaitu sebagai berikut :
1. Hemofilia A
Heyes (1997)
menjelaskan bahwa,
Kelainan resesif
terkait X yang mengenai pria, dan wanita merupakan karier serta ditanda secara
khas dengan kadar defisiensi satu subunit faktor VIII (faktor VIII C). Kadar
faktor VIII RAG dan faktor RiCoF normal. Jika >5% dari faktor timbul,
penyakit ringan, 1-5% sedang dan <1% parah. Kadang-kadang tidak ada hubungan
genetik dapat ditegakkan dan penyakit kemudian dipikirkan meningkat akibat
mutasi.
2. Hemofilia B : Penyakit
Christmas
“Defisiensi faktor IX
terkait-X. sepuluh kali kurang lazim dibandingkan hemofilia A. gambaran klinis
mirip hemophilia A” (Heyes,1997). Handayani (2008) menambahkan “Terutama ditemukan pada pria”.
3. Penyakit Von Willebrand
“Dikarakteristikkan oleh
deifek pada perlekatan trombosit dan defisiensi faktor VIII dapat terjadi pada
pria dan wanita” seperti yang dikemukakan oleh Handayani (2008).
2.5 penanganan hemofilia
Tidak
ada obat yang benar-benar menyembuhkan penyakit ini karena pada dasarnya
penyakit ini dikarenakan faktor genetic, namun beberapa tindakan dapat
dilakukan untuk menangani penderita penyakit terutama agar pada saat terjadi perdarahan tidak
sampai berakibat fatal. Berikut penanganan terhadap penderita hemophilia.
1. Hemofilia A
Heyes
(1997) mengatakan bahwa,
Pengobatan dini misalnya saat di
rumah, merupakan hal vital. Kadar faktor VIII dapat ditingkatkan dengan
pemberian kriopresipitat atau sari faktor VIII yang dikeringbekukan. Pemberian
ulangan diperlukan karena waktu paruh faktor VIII hanya 8 jam. Antifibrinolitik
oral seperti asam traneksamik atau desmopresin dapat mengurangi kebutuhan akan
pemberian faktor VIII. Inhibitor faktor VIII dapat berkembang dan dosis besar
faktor VIII atau plasmaforesis dapat diperlukan untuk mengatasi keadaan-keadaan
itu. Mobilisasi dini membantu mencegah kontraktur. Sekarang dapat dilakukan diagnosis
antenatal.
2. hemofilia B
“Pengobatan dengan penggantian faktor IX ( yang
mengandung FFP )”
oleh Heyes (1997).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1
Pengertian hemophilia
Hemofilia
merupakan kelainan turunan terpaut kromosom X ( X-linked recessive ) yang berperan pada proses pembekuan darah,
diturunkan oleh perempuan dan ditemukan secara dominan pada laki-laki serta
terjadi karena faktor genetic atau mutasi kromosom.
3.1.2
Penelitian tentang hemofilia
Penelitian hemofilia dilakukan
melalui melacak catatan sejarah silsilah keluarga kerajaan Inggris. Hasil
menunjukkan bahwa Ratu Victoria adalah karier pembawa alel gen hemofilia yang
selanjutnya diturunkan kepada keturunannya. 25% anak perempuannya normal dan
25% normal sebagai karier hemofilia, sementara 25% anak laki-laki normal dan
25% lagi menderita hemofilia.
3.1.3
Gambaran klinis penderita hemofilia
Gambaran klinis yang sering terlihat
pada klien dengan hemofilia adalah adanya perdarahan berlebihan secara spontan
setelah luka ringan dikarenakan tidak adanya faktor pembekuan dalam darah
menyebabkan darah sukar berhenti.
3.1.4
Jenis-jenis hemofilia
Hemophilia terbagi atas tiga jenis
yaitu hemophilia A, hemophilia B dan penyakit Von Willebrand
3.1.5
Penanganan hemofilia
Penanganan hemophilia A dengan
pemberian kriopresipitat atau faktor VIII yang dikeringbekukan. Sedangkan untuk
hemophilia B dengan penggantian faktor IX yang mengandung FFP.
3.2 Saran
Penderita
hemofiliat memerlukan penjagaan dan penanganan khusus, terutama terhindar dari
trauma yang menimbulkan perlukaan. Luka yang ringan pun akan menyebabkan
pendarahan hebat karena penderita tidak memiliki faktor pembekuan pada darahnya
sehingga darah akan terus keluar. Apabila tidak mendapat penanganan yang segera
akan menyebabkan akibat yang fatal. Penderita memerlukan tranfusi darah yang
segera, namun perlu diperhatikan darah yang digunakan untuk tranfusi karena
kontaminasi akan menyebabkan komplikasi pada hemofilia seperti Hepatitis, HIV,
dll.
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, Diah,dkk.2004.Biologi SMA dan MA untuk Kelas XII.Jakarta:Esis
Avise, John C.2007.The Genetic Gods.Jakarta:Serambi Ilmu
Semesta
Brookes, Martin.2005.Bengkel Ilmu : Genetika.Jakarta:Erlangga
Fried, George dan George J. Hademenos.2005.Schaum’s Outlines Biologi Edisi Kedua.Jakarta:Erlangga
Handayani, Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo.2008.Buku Ajar Asuhan
Keperawatan dengan Gangguan Sistem Hematologi.Jakarta:Salemba Medika
Heyas, Peter C. dan Thomas W.
Mackay.1997.Buku Saku Diagnosis dan
Terapi.Jakarta:EGC
Muscari, Mary E.2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik.Jakarta:EGC
Underwood,
J.C.E.1999.Patologi Umum dan Sistematik
Vol.1.Jakarta:EGC
thanks, informasinya sangat lengkap sekali tentang penyakit yang diwariskan oleh ibu
ReplyDeleteTerimakasih, jangan lupa dishare ya, untuk pengetahuan bagi orang-orang disekitar kita
Delete