Menanam Selada Hidroponik : Susahkah?
Hidroponik merupakan metode menanam tanpa menggunakan media tanah melainkan air atau bahan lain yang mampu menyerap air dengan baik. Banyak sekali tanaman yang telah berhasil ditanam dengan metode hidroponik, dan sayuran merupakan tanaman yang banyak dikembangkan dengan metode ini. Beberapa macam sayur seperti selada, sawi, bayam, kangkung, dan masih banyak lagi lainnya yang telah dibudidayakan dengan berbagai macam metode hidroponik.
Dewasa ini kebutuhan akan sayuran segar dan sehat terus meningkat. Namun untuk mendapatkannya cukup sulit, dan kalaupun ada harganya cukup mahal. Nah solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menanam sayuran sendiri di halaman rumah. Dengan keterbatasan lahan, metode hidroponik dapat menjadi solusi menanam sayuran sendiri di rumah.
Sayuran yang menjadi favorit untuk ditanam menggunakan metode hidroponik salah satunya adalah selada. Selada (Lactuca sativa) adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika. Selada biasa diolah menjadi salad atau lalapan. Jenis-jenis selada yang biasa dibudidayakan antara lain yaitu jenis iceberg, butterhead, romaine dan lain-lain.
Cara menanam dan merawat selada hidroponik tidaklah susah seperti yang kita bayangkan. Kita hanya perlu sabar dan tekun dalam melakukannya, sejak mulai menyemai benih hingga waktunya panen.
Penyemaian benih selada diawali dengan merendam biji selada dalam air selama 12-24 jam. Setelah 24 jam biasanya biji selada akan mulai sprout (pecah) dan mulai mengeluarkan bakal akar. Pindahkan benih yang sudah sprout tadi ke media tanam rockwool yang telah disiapkan. Basahi rockwool menggunakan sprayer atau semprotan dan letakkan ditempat terbuka. Jaga rockwool agar selalu lembab (tidak terlalu basah juga tidak terlalu kering) setiap hari hingga benih tumbuh.
Setelah benih memiliki 4 daun, tanaman selada siap dipindah-tanamkan pada media hidroponik. Siapkan media hidroponik dengan metode sesuai keinginan, bisa metode wick (sumbu) maupun metode NFT atau DFT. Setelah selada dipindah-tanam, hal yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan nutrisinya. Pada masa-masa awal pertumbuhan, jaga kandungan nutrisi hidroponik pada level sedikit dibawah standar. Hal ini dikarenakan pada masa-masa awal, selada masih sedikit menyerap nutrisi. Kemudian saat selada telah mulai besar, nutrisi kembali ditingkatkan hingga pada level standar biasanya antara 560-840 ppm agar pertumbuhan selada menjadi optimal.
Selama pertumbuhan ini, perhatikan tanaman hidroponik dengan baik. Pangkas daun selada yang telah layu agar tanaman selada lebih cepat beregenerasi. Singkirkan hama yang muncul (biasanya telur ulat). Juga perhatikan air pada penampungan. Gantilah air pada penampungan hidroponik apabila telah berubah warna atau dipenuhi ganggang/lumut. Ganggang/lumut dapat mengganggu pertumbuhan pada selada hidroponik. Kemudian selalu jaga level air sehingga tanaman selada tidak kekeringan apalagi saat siang hari.
Selada dapat dipanen antara 30-45 hari setelah tanam. Dan menjelang panen, untuk mencegah munculnya rasa pahit pada selada, direkomendasikan agar mengganti larutan nutrisi dengan air biasa pada 1-2 hari sebelum selada dipanen. Setelah itu barulah selada hidroponik dapat dipanen dan diolah menjadi makanan favorit kita. Bisa dijadikan salad, atau olahan lain sesuai selera kita.
Nah ternyata tidak susah kan? Hidup sehat tak harus susah dan mahal. Cukup dengan ketekunan dan kesabaran kita bisa menanam sayuran selada segar dan sehat untuk diri sendiri dan juga keluarga.
Comments
Post a Comment